BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman menuju era globalisasi dan
kompleksitas pada masa sekarang ini membawa masyarakat untuk dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan. Pangkal dari
perubahan zaman tersebut adalah terjadinya perkembangan teknologi secara
revolusioner yang membawa serta perubahan dalam berbagai aspek kehidupan:
sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Teknologi yang berkembang sekarang ini
menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek nilai yang termasuk di
dalamnya adalah nilai pendidikan. Perubahan bukan hanya terjadi pada tataran
praktik kehidupan sehari-hari, melainkan pada tingkat yang lebih mendasar,
yaitu nilai dan norma sebagai operasionalisasi dari nilai.
Kiranya ada dua akibat dari perubahan yang cepat tersebut
terhadap pola kehidupan masyarakat. Yang pertama yaitu anggota masyarakat
dituntut untuk dapat mentransformasikan dirinya agar dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan kehidupan yang baru termasuk perkembangan pendidikan. Bila
tidak dapat menyesuaikan diri maka resikonya adalah sebagian kelompok
masyarakat tersebut ketinggalan dengan orang lain atau kelompok masyarakat
lain. Yang kedua adalah diperlukan cara pandang, pola pikir perspektif, dan
paradigma baru dalam memahami dan memecahkan persoalan kemasyarakatan maupun
persoalan pendidikan. Dengan perkembangan zaman yang seperti sekarang ini,
banyak hal yang sebelumnya layak dan sahih menjadi ketinggalan zaman. Salah
satu ciri dari era globalisasi dan kompleksitas yaitu bahwa
cara pendekatan yang linier yang melihat suatu gejala hanya dalam hubungan sebab akibat yang tunggal, menjadi kurang layak dan sahih lagi. Sebaiknya suatu persoalan harus diantisipasi secara multidimensional, ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang.
cara pendekatan yang linier yang melihat suatu gejala hanya dalam hubungan sebab akibat yang tunggal, menjadi kurang layak dan sahih lagi. Sebaiknya suatu persoalan harus diantisipasi secara multidimensional, ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dunia pendidikan
kita juga perlu penyesuaian dan pengembangan dengan era globalisasi dan
kompleksitas. Sebagian permasalahan pendidikan yang harus ditangani oleh bangsa
Indonesia adalah mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan yang
sangat perlu untuk ditingkatkan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan
buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
peningkatan mutu manajeman sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah,
Kepala Sekolah memiliki peranan penting. Pola kepemimpinan Kepala Sekolah di
era globalisasi dan kompleksitas seperti sekarang ini perlu menyesuaikan diri.
Barangkali muncul pertanyaan pada diri kita apakah apakah pola kepemimpinan
Kepala Sekolah saat ini kurang tepat. Berbagai penyesuaian perlu untuk
dilakukan oleh Kepala Sekolah sejalan dengan bergulirnya sistem manajemen
sekolah yang baru yaitu Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Berdasarkan pengamatan, ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan
sekolah belum mengalami peningkatan secara menyeluruh. Baik dari segi sistem
manajemen maupun mutu pendidikan itu sendiri.
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan manajemen
pendidikan di sekolah yang berpedoman pada kebijakan dan penyelenngaraan
pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan education production
function atau input output analysis yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen oleh kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan baik manajemen
maupun sistem pendidikan di sekolah.
Faktor kedua, penyelenggaran pendidikan kepala sekolah
yang berpedoman pada penyelengaraan pendidikan nasional yang dilakukan secara
birokratik-sentralistik, sehingga posisi peranan kepala sekolah dalam memimpin
sekolah sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang
sangat panjang dan kadang-kadang kebijaksanaan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah tersebut. Sehingga
kepala sekolah dalam memimpin sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan
inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lebaga sekolahnya termasuk
meningkatkan mutu pendidikan sekolah sebagai salah satu penunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional.
Faktor ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang
tua siswa dalam penyelngaran pendidikan di sekolah selama ini sangat minim.
Partispasi masyarakat atau orang tua murid umumnya bersifat dukungan dana,
bukan pada proses pendidikan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan masalah pendidikan di
sekolah dan sistem kepemimpinan kepala sekolah di atas maka perlu dilakukan
upaya-upaya perbaikan dalam pendidikan di sekolah, salah satu adalah kepala
sekolah melakukan reorientasi penyelenggaran pendidikan di sekolah yaitu dari
segi manajemen pendidikan sekolah yang berpedoman pada peningkatan mutu
berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
1.2 Masalah
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup pembahasan dalam karya ilmiah sangat luas.
Begitu pula pembahasan mengenai
kepemimpinan sekolah dan dan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Untuk
itu kajian dan pembahasan dalam karya ilmiah ini sesuai dengan judul yaitu Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
1.2.2 Batasan Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan
masalah pendidikan di sekolah misalnya sistem kepemimpinan kepala sekolah yang
belum melaksanakan pendekatan education production function atau input
output analysis secara konsekuen dan kepemimpinan kepala yang sekolah
sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat
panjang dan kadang-kadang kebijaksanaan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
kondisi sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah maka perlu dilakukan
upaya-upaya perbaikan dalam pendidikan di sekolah, salah satu adalah kepala
sekolah melakukan reorientasi penyelenggaran pendidikan di sekolah yaitu dari
segi manajemen pendidikan sekolah yang berpedoman pada peningkatan mutu
berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
Mengingat
cukup luasnya permasalahan dalam makalah ini maka penyusun perlu membatasi
permasalahan pendidikan yaitu:
1)
peranan
kepemimpinan kepala sekolah;
2)
manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah;
3)
peranan
kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah.
1.2.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam suatu makalah sangat penting dan
perlu diberikan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap masalah
yang akan dibahas. Berdasarkan pembatasan tersebut di atas, maka pembahasan ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
peranan kepemimpinan kepala sekolah?
2.
Bagaimanakah
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah?
3.
Bagaimanakah
peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum pembahasan dalam makalah
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang peranan kepemimpinan
kepala sekolah dalam penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus pembahasan dalam makalah
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang:
1)
Peranan
kepemimpinan kepala sekolah;
2)
Manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah;
3)
Peranan
kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah.
1.4 Manfaat Pembahasan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Pembahasan terhadap bagaimanakah
peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan bagi
dunia pendidikan, khususnya dalam pemmbaharuan pola kepemimpinan kepala sekolah
di era globalisasi dan kompleksitas ini dipadukan dengan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dari pembahasan dalam makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Memberi
masukan pada dunia pendidikan khususnya para kepala sekolah atau calon-calon
kepala sekolah, dan guru-guru. Pembahasan dalam makalah ini dapat menjadi
materi, pengetahuan dan wawasan tambahan bagi para kepala sekolah atau
calon-calon kepala sekolah, guru-gurun pembaca dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan meningkatkan manajemen pendidikan di sekolah.
2.
Agar
dapat digunakan sebagai acuan dalam palaksanaan manajemen atau pengelolaan
pendidikan di sekolah oleh kepala sekolah maupun guru dan pihak-pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan
penjelasan setiap kata yang digunakan dalam dalam pembahasan makalah ini dan
berguna supaya tidak terjadi kesalahpahaman dan semua pihak memiliki konsep
yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam makalah ini, maka perlu
sekali dijelaskan beberapa istilah sehubungan dengan judul makalah ini,
istilah-istilah itu ditegaskan sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
kepala sekolah adalah serangkaian sistem yang digunakan oleh kepala sekolah
dalam mengelola, menkoordinasi semua pihak yang terkait dengan pendidikan di
sekolah dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
2.
Manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah adalah model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Jadi yang dimaksud dengan Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah adalah
serangkaian sistem yang digunakan oleh kepala sekolah dalam mengelola,
menkoordinasi semua pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah dalam
kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menerapkan model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah
(guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Terimakasih sudah boleh berkunjung
BalasHapus