KARYA TULIS ILMIAH
PENERAPAN METODE PENEMUAN
TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKEMBANGBIAKAN
TUMBUHAN
SISWA KELAS VI SEMESTER I DI SDN …………………….. KECAMATAN ……………….
KABUPATEN ……………… TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Disusun oleh:
………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan penulis, siswa kelas 6 SDN ................
1 berjumlah 22 anak yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan. Awal saya mengajar di kelas enam melakukan penjajagan terhadap
kemampuan siswa antara lain dengan melakukan tanya jawab materi. Tanya jawab
materi saya lakukan untuk tiap siswa secara bergilir. Guna peningkatan prestasi
siswa kelas 6 dimana pada akhirnya adalah siswa agar siap untuk
menghadapi Ujian Nasional.
menghadapi Ujian Nasional.
Informasi prestasi dan kemampuan siswa kelas 6 awal juga saya
peroleh dari wawancara dengan guru kelas 5 yaitu Bapak ………………. Dari Bapak ………………
diperoleh informasi bahwa ada 3 siswa yang prestasinya kurang memuaskan.
Pada beberapa kali ulangan harian pelajaran Sains tentang perkembangbiakan
tumbuhan, siswa kelas VI SDN ................ I tahun pelajaran 2011/2012, mendapatkan nilai rata – rata kelas yang sangat rendah. Siswa sering salah dalam menyebutkan langkah – langkah
perkembangbiakan vegetatif buatan, seperti langkah – langkah cara mencangkok,
langkah – langkah cara mengenten dan sebagainya. Kesalahan paling banyak juga
didapatkan saat peserta didik harus menyebutkan perkembangbiakan generatif pada
tumbuhan.
Bermula dari rendahnya nilai ulangan harian
tersebut, maka peneliti melakukan
wawancara seputar kendala serta kesulitan belajar siswa pada pelajaran Sains,
khususnya pada materi perkembangbiakan tumbuhan, yang selanjutnya data hasil
wawancara tersebut dipergunakan peneliti sebagai latar belakang untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan meningkatkan hasil
belajar.
Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau
sikapnya (Yamin, 2007:96)
Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di
sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada
diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan maupun
sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh
lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan,
kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah,
rekaman video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan
fasilitas (proyektor overhead,
perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan,
laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain) (Supriadi, 2007:44)
Seorang
guru biasanya merasa bangga karena apa yang
diajarkan, diterima dengan baik oleh peserta didik dan dapat diungkapkan
kembali dengan baik dan benar seperti apa yang diajarkan oleh guru. Tanpa
melihat tingkat pemahaman yang dialami oleh siswa terhadap materi pembelajaran.
Karena kemampuan mengungkapkan kembali materi pelajaran seperti yang diajarkan
guru bukan indikasi bahwa siswa telah faham terhadap materi tersebut. Mungkin
hal yang demikian itu dapat dilakukan siswa dengan menghafal materi pelajaran,
tanpa mengetahui hakekat konsep pelajaran.
Jalan pikiran yang konvergen , dimana peserta didik dapat mengungkapkan kembali dengan baik dan
benar seperti apa yang diajarkan oleh guru , yang sering mendapat pujian dan sanjungan.
Sedangkan jalan pemikiran divergen yang mengarah pada sasaran baru yang berupa
pemikiran kreatif dan upaya penemuan sendiri konsep pembelajaran sering
ditentang dan dihadapi dengan sikap curiga serta sikap tidak percaya.
Seorang
dikatakan telah melakukan kegiatan belajar dan mengalami proses pembelajaran pada dirinya jika terjadi perubahan perilaku setelah belajar. Perubahan perilaku pada diri seorang pembelajar sebagai akibat
dari proses belajar dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Ia
dapat mengerjakan sesuatu yang tadinya tidak dapat mengerjakannya. Dia dapat
memahami sesuatu yang sebelumnya tidak
dapat memahaminya. Bahkan ia dapat mempraktekkan sesuatu yang tadinya ia belum
mengenalnya.
Selain
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, penguasaan konsep , sikap dalam melakukan
pengajaran serta metode yang digunakan guru dalam pembelajaran turut menentukan
keberhasilan pembelajaran.. Bahkan dapat dikatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran yang efektif
dan efisien akan menentukan seberapa jauh hasil pembelajaran akan dapat
tercapai.
Selain
itu seorang pengajar juga harus memahami strategi pembelajaran, sehingga
pembelajaran yang berlangsung dapat terkesan pada diri peserta didik. Proses
pembelajaran itu terlihat bila terdapat interaksi timbal balik antara pengajar
dan peserta didik. Guru yang mengajar dengan tidak melibatkan peserta didik
atau melakukan pembelajaran dengan hanya berpusat pada dirinya, akan sulit
untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Dia akan sedikit mendapatkan dari siswanya menerima dan
memahami apa yang diinformasikan. Tapi bila guru melibatkan siswa yang dalam
kedudukannya sebagai objek dan
sekaligus subjek pembelajaran, maka akan
mendapati keberhasilan dan ketuntasan belajar siswanya.
Bermula dari itu maka peneliti ingin
menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang dipadukan dengan
ceramah dalam pembelajaran out bound, guna meningkatkan prestasi pembelajaran
sains.
Dari
latar belakang diatas, maka penulis
dalam penelitian ini mengambil judul “Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa Kelas VI Semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ Tahun Pelajaran 2011/2012”
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan
oleh penulis diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012?
2.
Bagaimana hasil siswa dalam penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012?
3.
Kendala-kendala
apa yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya dalam penerapan
metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan
kemampuan memahami perkembangbiakan
tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapatlah
disusun beberapa tujuan penelitian sebagai berikut,
1.
Mendiskripsikan penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012.
2.
Mendiskripsikan hasil siswa dalam penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012.
3.
Mendiskripsikan kendala-kendala apa yang terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya dalam penerapan
metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan
kemampuan memahami perkembangbiakan
tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap laporan perbaikan pembelajaran ini dapat
dirasakan menfaatnya bagi,
1.
Siswa : Menjadikan suatu ilmu yang bermanfaat sebagai
bekal hidup dalam zaman yang semakin modern
2.
Guru : Sebagai acauan ke depan dalam menciptakan
strategi pembelajaran yang inovatif
3.
Kepala Sekolah/lembaga : Mendapatkan informasi pendidikan bagi lembaga
sekolah yang dipimpinnya
4.
Pembaca : Sebagai input yang dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman hidup.
5.
Bagi masyarakat : Untuk membantu putra-putrinya dalam
meningkatkan kemauan belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Peningkatan kemampuan memahami masalah perkembang-biakan
tumbuhan dengan metode penemuan terbimbing siswa kelas VI SDN ................ 1 Kecamatan .................
G. Hipotesis
Pemahaman siswa kelas VI SDN ................
tahun pelajaran 2011/2012 pada materi perkembangbiakan tumbuhan
akan mengalami peningkatan setelah diterapkannya metode penemuan terbimbing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Prestasi Belajar
- Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil
belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh rana itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Ada
yang bersifat intangible (tak bisa diraba). Oleh karena itu, tes dapat diambil
oleh guru, dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku
yang dianggap pantas dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang
berdimensi karsa.
Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang
dapat dicapai (Winkel:2006:22). Sedangkan menurut Poerwodarminto
(1990:768) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya. Menurut Yuwono (2004:335) prestasi adalah hasil yang telah dicapai.
Pengertian lebih luas tentang prestasi, peneliti mencoba untuk
memaknai yang berhubungan dengan belajar.
a.
Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai, yaitu perbuatan
menuju perbaikan. Seseorang yang telah mencapai prestasi berarti telah
mendapatkan banyak kemajuan.
b.
Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan yang telah diukur dengan
alat yang disebut evaluasi. Evaluasi dapat berupa test tulis, test lisan dan
test perbuatan serta diwujudkan dengan angka pada buku raport.
c.
Prestasi adalah keberhasilan yang telah dicapai yang mencakup
pengetahuan, pemahman, kecakapan, tingkah laku dan perbuatan yang diperoleh
melalui latihan.
Beberapa
pengertian di atas, peneliti dapat kemukakan bahwa prestasi adalah hasil yang
dicapai yang dinyatakan dalam bentuk nilai dan melalui lat ukur tertentu dalam
waktu tertentu pula. Seseorang dapat dikatakan mempunyai prestasi apabila ia
dapat mencapai suatu hal akhir yang maksimal dari apa yang telah dilakukan.
B.
Karakteristik Anak Usia SD
Menurut Sumantri, Mulyana (2005) :
Karakteristik pertama anak SD adalah;
1.
Senang
bermain : katrakteristik ini menuntut guru untuk
melaksanakan pendidikan yang bermuatan permainan, lebih-lebih bagi siswa kelas
rendah. Guru seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan ada
unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran
yang serius tapi santai.
2.
Senang
bergerak : Kalau orang dewasa dapat duduk berjam-jam
tetapi anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama 30 menit. Oleh karena itu
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah
atau bergerak. Menyuruh anak duduk dalam waktu lama dirasakan sebagai
penyiksaan.
3.
Senang
bekerja dalam kelompok :
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang pembelajaran
yang memungkinkan anak bekerja atau belajar dalam kelompok.
4.
Senang
merasakan atau melakukan / memperagakan sesuatu secara langsung: Ditinjau dari teori perkembangan Kognitif, anak
SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia
belajar menghubungkan konsep-konsep yang baru dengan konsep-konsep yang lama.
Berdasarkan ini siswa membentuk tentang konsep-konsep tentang angka, ruang,
waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral dan sebagainya. Bagi anak SD
penjelasan guru akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri.
C. Pengertian Belajar Mengajar
1.
Pengertian Belajar
Kegiatan belajar
merupakan suatu usaha berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku
yang relative/tetap. Kegiatan yang dimaksud itu dapat diamati dengan adanya
interaksi/hubungan antara individu sebagai seorang pembelajar dengan individu
lain sebagai seorang pengajar. Bisa terjadi pula antara individu sebagai
pembelajar dengan lingkungannya. Di sekolah, perubahan tingkah laku akibat
terjadinya proses belajar ditandai dengan kemampuan peserta didik
mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilannya. Hudoyo (1979: 107)
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh
pengalaman / pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sudjana (1989:26) bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sudhana
( 1992 : 50) juga berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.
Hal senada dikemukakan
oleh Drs. Slamento (1994:2) bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses mental untuk mendapatkan suatu pengalaman
baru sehingga dengan pengalaman yang baru ini akan timbul suatu perubahan
tingkah laku. Dengan belajar maka tingkah laku seseorang akan mengalami
perubahan, baik itu perubahan secara mendadak maupun perubahan secara
perlahan-lahan tergantung dari kesiapan mental seseorang dalam merespon
pembelajaran. Sehingga dengan demikian dapat diasumsikan bahwa seseorang telah
melakukan kegiatan pembelajaran bila padanya terdapat perubahan tingkah laku.
2. Pengertian Mengajar
Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar bila ada subjek
yang diberi pelajaran. Sedangkan subjek yang memberi pelajaran atau yang mengajar disebut pengajar. Pengajar disini bisa saja tidak
bertatap muka secara langsung dengan peserta didik pada saat terjadi proses
belajar. Contohnya adalah melalui media seperti buku, modul, CD dan lain-lain.
Dari uraian itu tersirat bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan yang biasa
dilakukan seseorang pengajar untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan maupun
pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Jadi syarat utama seseorang
dikatakan mengajar bila terdapat satu pihak sebagai pemberi pengetahuan,
dipihak lain terdapat pihak yang menerima.
Tujuan mengajar adalah
agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta
didik. Maka sebagai seorang pengajar, dalam pembelajarannya harus mengupayakan
semaksimal mungkin melalui berbagai media dan strategi agar pembelajaran dapat mencapai
tujuannya. Ahmadi (1995:16) mengemukakan
bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi suatu proses belajar.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Slameto (1995:30) bahwa mengajar adalah
bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
Dari beberapa
uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar itu suatu kegiatan yang
melibatkan pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan oleh pengajar
dapat belajar karena adanya motivasi, intervensi dan interaksi dengan pengajar.
Kegiatan mengajar merupakan suatu
aktifitas untuk mentransfer pengetahuan ataupun pengalaman kepada orang lain,
dengan cara membimbing, mengarahkan, memotifasi sehingga terjadi perubahan
tingkah laku pada diri orang tersebut.
D.
Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Metode
pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran di mana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenalkan siswa-siswanya menemukan sendiri
informasi-informasi yang secara tradisional bisa memberitahukan atau
diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:72). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan
melalui proses menemukan. Fungsi pengajar di sini bukan untuk menyelesaikan
masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu
menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudujo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang
ekstrem seperti in sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai
ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan
bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni.
Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran
penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan secara
maksimum baik pengajar maupun peserta didik.
Menurut
Soedjadi (dalam Purwaningsih, 2002:1) metode pembelajaran penemuan terbimbing
adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para
siwa diajak atau didorong untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian
sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
Keuntungan
dan kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
1. Keuntungan
metode pembelajaran penemuan terbimbing
Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran
model penemuan terbimbing adalah :
a.
Pengetahuan
ini dapat bertahan lama, mudah di ingat dan mudah diterapkan pada situasi baru.
b.
Meningkatkan
penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan
orang lain.
c.
Meningkatkan
kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja.
d.
Tampil dalam
menemukan konsep atau memecahkan masalah.
2.
Kelemahan
dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah.
Adapun
kelemahan model penemuan terbimbing menurut Rusffendi (dalam Siadari, 2001:26)
adalah sebagai berikut :
a.
Tidak semua
materi dapat di sajikan dengan mudah, menggunakan meode pembelajaran penemuan
terbimbing.
b.
Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih banyak.
c.
Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya tidak dapat
berdiri sendiri (hanya dapat di gunakan jika ada keterlibatan metode lain
missal ekplositasi, ceramah, dan lain sebagainya).
BAB
III
PELAKSANAAN
PENELITIAN
A. Lokasi
dan Subyek Penelitian
Tempat :
SDN ................ I, Kecamatan ................,
Kabupaten ................
Kelas : VI (enam)
Mata
Pelajaran : Sains (Ilmu Pengetahuan Alam).
Waktu : Siklus I tanggal 1 Mei 2012
Pukul
11.00 - 11.35
Siklus II
tanggal 5 Juni 2012
Pukul
07.00 – 07.40
Jumlah siswa : 17
siswa (7 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan).
Karakter
siswa : Berdasarkan hasil psikometri kognitif, siswa SDN ................ I
rata-rata memiliki tingkat intelektual atau kecerdasan “C” (kapasitas
intelektual rata-rata), mata pencaharian orang tua sebagai petani, buruh tani
serta pedagang kaki lima di pasar yang otomatis kurang memperhatikan belajar
anaknya.
B. Deskripsi
Per Siklus
Siklus
I
1.
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini,
peneliti mengambil latar belakang pembelajaran sebelumnya. Dimana guru terlalu
sering atau dominan menggunakan metode ceramah saja dalam pembelajaran IPA
(Sains). Hal tersebut dikarenakan kurangnya sarana dan
prasarana. Bahkan alat dan bahan yang berada di KIT IPA semakin tahun semakin
minim (habis)
Maka daripada itu, peneliti akan
mengoptimalkan perbaikan pembelajaran dengan metode bervariasi yaitu metode
ceramah dan metode demonstrasi.
Selain itu peneliti juga akan menambah alat
dan bahan yang dibutuhkan untuk menutup kekuarangan KIT IPA. Dan perlu
diketahui hasil yang dicapai sebelum Siklus I (Pra Siklus) adalah masih kurang
yaitu 45,8 (daftar terlampir)
Langkah-langkah
perbaikan;
a.
Menggunakan skenario Rencana Perbaikan Pembelajaran sesuai dengan
masalah yang telah ditetapkan, RPP terlampir.
b. Menggunakan
metode yang bervariasi, yaitu metode ceramah dan metode demonstrasi
c.
Mempersiapkan dan menambah alat, bahan dan media pembelajaran
2.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan
awal (5 menit)
a.
Guru mengkondisikan kelas dengan cara mengabsen siswa
b. Guru
memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi dengan memberikan contoh pertanyaan
yang terkait dengan latar kemampuan siswa dengan kemampuan siswa dengan materi
yang disampaikan.
c.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu memahami masalah
rangkaian listrik
Kegiatan
Inti (30 menit)
Ø Guru
menyuruh murid membentuk 5 kelompok belajar urut dari absen pertama
Ø Guru
membagikan alat dan bahan rangkaian listrik sederhana beserta Lembar Panduan
Kerja
Ø Guru
memberikan kesempatan pada tiap tiap murid/kelompok untuk bertanya tentang
prinsip kerja alat dan bahan yang diterima
Ø Guru
Guru mempersilahkan tiap kelompok untuk memulai mengerjakan sesuai dengan
panduan yang diterima
Ø Guru mengadakan pengamatan ,bimbingan sambil mengadakan
penilaian proses.
Ø Guru memerintahkan tiap kelompok untuk mengakhiri kerja
kelompoknya.
Ø Guru meminta tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
Ø Guru memerintahkan tiap kelompok yang lain memperhatikan
dan dan menanggapinya.
Ø Guru memberikan penguatan.
Ø Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan
murid.
Kegiatan
Akhir (5 menit)
Ø
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari pembelajaran
yang sudah dilakukan
Ø Pemantapan
materi dan tindak lanjut
3.
Tahap Pengumpulan Data
Untuk mengetahui penyebab kegagalan dalam pembelajaran peneliti
berusaha mengumpulkan data yang meliputi;
Guru;
Apakah
guru :
-
Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar
-
Memulai pembelajaran dengan apersepsi
-
Melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, siswa, situasi dan lingkungan.
-
Memicu dan
memelihara keterlibatan siswa.
-
Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
-
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran.
-
Menentukan dan mengembangkan alat bantu perbaikan pembelajaran.
-
Menentukan cara-cara memotivasi siswa
-
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Siswa
-
Apakah siswa telah siap mendapatkan pelajaran
-
Apakah siswa memperhatikan penjelasan guru
-
Apakah siswa aktif dalam pembelajaran
-
Apakah siswa memahami penjelasan guru
-
Mengapa siswa tidak dapat mengerjakan soal evaluasi
4.
Tahap Refleksi
Dalam Perbaikan Pembelajaran Siklus I ini, guru menggunakan metode
ceramah dan demonstrasi tetapi guru kurang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
karena guru yang aktif mendemonstrasikan sedang siswa hanya menjadi pendengar
saja, sehingga siswa kurang tertarik pada materi dan jenuh. Walaupun demikian
perbaikan pembelajaran ini mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
Terbukti nilai siswa mengalami peningkatan. Sebelumnya rata-rata 45,8 menjadi
76,4 (lampiran)
Siklus
II
1.
Tahap Perencanaan
Pada tahap Perencanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II ini
kegiatan rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan pada kelemahan Siklus I
mengaktifkan siswa dan membentuk kelompok untuk membuat siswa lebih aktif dan
terlibat langsung dalam percobaan/penelitian tentang rangkaian listrik seri dan
pararel . Pada Perencanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II, guru akan
mengadakan bimbingan penuh dan melibatkan siswa dalam pembelajaran untuk
melakukan demonstrasi seluas-luasnya
Langkah-langkah
perbaikan;
a.
Menyusun skenario Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP terlampir).
b.
Mengembangkan
metode ceramah, metode tanya jawab dan metode demonstrasi
c.
Menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
2.
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan
awal (5 menit)
a.
Guru mengkondisikan kelas dengan cara mengabsen siswa
b.
Guru memotivasi siswa lewat apersepsi, mengkaitkan kemampuan anak
terhadap materi yang akan disajikan.
c.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan
Inti (30 menit)
a. Guru
membentuk kelompok (tiap kelompok berisi 4-5 anak)
b. Guru
meminta tiap kelompok harus ada ketua yang bertanggung jawab atas kelompoknya
c.
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah langkah
percobaan sesuai lembar kerja panduan .
d. Guru
membagikan 1 set alat dan bahan beserta lembar kerja panduan
e. Guru
memerintahkan tiap kelompok untuk mengkroscek kelengkapannya.
f.
Guru membuka kesepakatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang
kurang di mengerti.
g. Guru
memerintahkan tiap kelompok untuk mulai bekerja.
h. Guru
mengadakan pengamatan, bimbingan,penelitian proses sambil menghampiri kelompok
perkelompok
i.
Guru memerintahkan tiap tiap kelompok untuk mengakhiri kerjanya
j.
Guru memerintahkan tiap tiap kelompok untuk mempresentasikan di
depan kelas
k.
Guru meminta kelompok lain untuk memperhatikan dan menanggapinya
l.
Guru memberikan aplos sebagai penguatan/penghargaan bagi kelompok
yang telah mendemonstrasikan
m.
Guru bersama
siswa membuat kesimpulan materi
n.
Guru
membagikan LKS untuk penilaian
o.
Guru memerintahkan
siswa untuk mengumpulkan pekerjaannya
Kegiatan
Akhir (5 menit)
a.
Guru memberikan pemantapan materi
b.
Guru memberikan tugas
c.
Guru menutup pembelajaran
3. Tahap
Pengumpulan Data
Untuk mengetahui penyebab kegagalan dalam pembelajaran peneliti
berusaha mengumpulkan data yang meliputi;
Guru;
Apakah
guru :
-
Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar
-
Memulai pembelajaran dengan apersepsi
-
Melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, siswa, situasi dan lingkungan.
-
Memicu dan
memelihara keterlibatan siswa.
-
Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
-
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran.
-
Menentukan dan mengembangkan alat bantu perbaikan pembelajaran.
-
Menentukan cara-cara memotivasi siswa
-
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.Siswa
-
Apakah siswa telah siap mendapatkan pelajaran
-
Apakah siswa memperhatikan penjelasan guru
-
Apakah siswa aktif dalam pembelajaran
-
Apakah siswa memahami penjelasan guru
-
Mengapa siswa tidak dapat mengerjakan soal evaluasi
4. Tahap
Refleksi
Prosedur khusus pembelajaran Siklus II dilakukan berdasarkan
kelemahan yang ada pada siklus I, peneliti mengoptimalkan bimbingan dengan
memberikan petunjuk cara melakukan praktek/demonstrasi,serta mengawasi siswa
yang kurang aktif bahkan mengganggu yang lain. Siswa diberi kesempatan
melakukan percobaan/demonstrasi yang seluas-luasnya. Ternyata hasil evaluasi
ada peningkatan yang sangat signifikan .
Dan yang terpenting tercipta suasana pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Siswa sangat antusias sungguh-sungguh dan melakukan
percobaan yang otomatis bisa lebih paham tentang rangkaian listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.
Aqib, 2006. Membangun
Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Aqib, 2007. KaryaTulis
Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Bahri, 2006. Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta. Rineka Cipta.
Depdiknas. 2004. Undang-undang Nomor 20 tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Harmalik. Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Rositawati, 2008. Senang
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Pembukuan.
Sadiman, 1984. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Slamento, 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina
Aksara.
Sumantri, 2002. Pengembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wardani, 2002. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wingkel, WS, 2009. Psikologi Pengajaran, Jakarta. Media Abadi
Yamin, Martinis, 2007. Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta. Gaung Oersada Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar