Rabu, 29 Agustus 2012

Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa kelas VI Semester I


KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN
SISWA KELAS VI SEMESTER I DI SDN ……………………..  KECAMATAN ……………….
KABUPATEN ……………… TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun oleh:
………………………..

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan penulis, siswa kelas 6 SDN ................ 1 berjumlah 22 anak yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Awal saya mengajar di kelas enam melakukan penjajagan terhadap kemampuan siswa antara lain dengan melakukan tanya jawab materi. Tanya jawab materi saya lakukan untuk tiap siswa secara bergilir. Guna peningkatan prestasi siswa kelas 6 dimana pada akhirnya adalah siswa agar siap untuk
menghadapi Ujian Nasional.
Informasi prestasi dan kemampuan siswa kelas 6 awal juga saya peroleh dari wawancara dengan guru kelas 5 yaitu Bapak ………………. Dari Bapak ……………… diperoleh informasi bahwa ada 3 siswa yang prestasinya kurang memuaskan.
Pada beberapa kali ulangan harian pelajaran Sains tentang perkembangbiakan tumbuhan, siswa kelas VI SDN ................ I tahun pelajaran 2011/2012, mendapatkan nilai rata – rata kelas yang sangat rendah. Siswa sering salah dalam menyebutkan langkah – langkah perkembangbiakan vegetatif buatan, seperti langkah – langkah cara mencangkok, langkah – langkah cara mengenten dan sebagainya. Kesalahan paling banyak juga didapatkan saat peserta didik harus menyebutkan perkembangbiakan generatif pada tumbuhan.
Bermula dari rendahnya nilai ulangan harian tersebut, maka peneliti  melakukan wawancara seputar kendala serta kesulitan belajar siswa pada pelajaran Sains, khususnya pada materi perkembangbiakan tumbuhan, yang selanjutnya data hasil wawancara tersebut dipergunakan peneliti sebagai latar belakang untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan meningkatkan hasil belajar.
Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya (Yamin, 2007:96)
Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain) (Supriadi, 2007:44)
           Seorang  guru  biasanya merasa bangga karena apa yang diajarkan, diterima dengan baik oleh peserta didik dan dapat diungkapkan kembali dengan baik dan benar seperti apa yang diajarkan oleh guru. Tanpa melihat tingkat pemahaman yang dialami oleh siswa terhadap materi pembelajaran. Karena kemampuan mengungkapkan kembali materi pelajaran seperti yang diajarkan guru bukan indikasi bahwa siswa telah faham terhadap materi tersebut. Mungkin hal yang demikian itu dapat dilakukan siswa dengan menghafal materi pelajaran, tanpa mengetahui hakekat konsep pelajaran.  Jalan pikiran yang konvergen , dimana peserta didik  dapat mengungkapkan kembali dengan baik dan benar seperti apa yang diajarkan oleh guru ,  yang sering mendapat pujian dan sanjungan. Sedangkan jalan pemikiran divergen yang mengarah pada sasaran baru yang berupa pemikiran kreatif dan upaya penemuan sendiri konsep pembelajaran sering ditentang dan dihadapi dengan sikap curiga serta sikap tidak percaya.
            Seorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar dan mengalami proses  pembelajaran pada dirinya  jika terjadi perubahan perilaku  setelah belajar. Perubahan perilaku  pada diri seorang pembelajar sebagai akibat dari proses belajar dapat diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Ia dapat mengerjakan sesuatu yang tadinya tidak dapat mengerjakannya. Dia dapat memahami sesuatu  yang sebelumnya tidak dapat memahaminya. Bahkan ia dapat mempraktekkan sesuatu yang tadinya ia belum mengenalnya.
            Selain keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran,  penguasaan konsep , sikap dalam melakukan pengajaran serta metode yang digunakan guru dalam pembelajaran turut menentukan keberhasilan pembelajaran.. Bahkan dapat dikatakan bahwa  penerapan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien akan menentukan seberapa jauh hasil pembelajaran akan dapat tercapai.
           Selain itu seorang pengajar juga harus memahami strategi pembelajaran, sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat terkesan pada diri peserta didik. Proses pembelajaran itu terlihat bila terdapat interaksi timbal balik antara pengajar dan peserta didik. Guru yang mengajar dengan tidak melibatkan peserta didik atau melakukan pembelajaran dengan hanya berpusat pada dirinya, akan sulit untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Dia akan  sedikit mendapatkan dari siswanya menerima dan memahami apa yang diinformasikan. Tapi bila guru melibatkan siswa yang dalam kedudukannya sebagai  objek dan sekaligus  subjek pembelajaran, maka akan mendapati keberhasilan dan ketuntasan belajar siswanya.
Bermula dari itu maka peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang dipadukan dengan ceramah dalam pembelajaran out bound, guna meningkatkan prestasi pembelajaran sains.
          Dari latar belakang diatas, maka penulis  dalam penelitian ini mengambil judul “Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkembangbiakan Tumbuhan Siswa Kelas VI Semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ Tahun Pelajaran 2011/2012” 

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh penulis diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.     Bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012?
2.     Bagaimana hasil siswa dalam penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012?
3.     Kendala-kendala apa yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya dalam penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapatlah disusun beberapa tujuan penelitian sebagai berikut,
1.       Mendiskripsikan penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012.
2.       Mendiskripsikan hasil siswa dalam penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012.
3.       Mendiskripsikan kendala-kendala apa yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya dalam penerapan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memahami perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester I SDN ................ 1 Kecamatan ................ Kabupaten ................ tahun pelajaran 2011/2012.

D.   Manfaat Penelitian
Peneliti berharap laporan perbaikan pembelajaran ini dapat dirasakan menfaatnya bagi,
1.       Siswa                                             :  Menjadikan suatu ilmu yang bermanfaat sebagai bekal hidup dalam zaman yang semakin modern
2.       Guru                                             :  Sebagai acauan ke depan dalam menciptakan strategi pembelajaran yang inovatif
3.       Kepala Sekolah/lembaga           :  Mendapatkan informasi pendidikan bagi lembaga sekolah yang dipimpinnya
4.       Pembaca                                      :  Sebagai input yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman hidup.
5.       Bagi masyarakat                          :  Untuk membantu putra-putrinya dalam meningkatkan kemauan belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Peningkatan kemampuan memahami masalah perkembang-biakan tumbuhan  dengan metode penemuan terbimbing siswa kelas VI SDN ................ 1 Kecamatan .................

G.    Hipotesis
          Pemahaman siswa kelas VI SDN ................  tahun pelajaran 2011/2012 pada materi perkembangbiakan tumbuhan akan mengalami peningkatan setelah  diterapkannya metode penemuan terbimbing. 


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.        Prestasi Belajar
  1. Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh rana itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Ada yang bersifat intangible (tak bisa diraba). Oleh karena itu, tes dapat diambil oleh guru, dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap pantas dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel:2006:22). Sedangkan menurut Poerwodarminto (1990:768) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Menurut Yuwono (2004:335) prestasi adalah hasil yang telah dicapai.
Pengertian lebih luas tentang prestasi, peneliti mencoba untuk memaknai yang berhubungan dengan belajar.
a.        Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai, yaitu perbuatan menuju perbaikan. Seseorang yang telah mencapai prestasi berarti telah mendapatkan banyak kemajuan.
b.       Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan yang telah diukur dengan alat yang disebut evaluasi. Evaluasi dapat berupa test tulis, test lisan dan test perbuatan serta diwujudkan dengan angka pada buku raport.
c.        Prestasi adalah keberhasilan yang telah dicapai yang mencakup pengetahuan, pemahman, kecakapan, tingkah laku dan perbuatan yang diperoleh melalui latihan.
Beberapa pengertian di atas, peneliti dapat kemukakan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai yang dinyatakan dalam bentuk nilai dan melalui lat ukur tertentu dalam waktu tertentu pula. Seseorang dapat dikatakan mempunyai prestasi apabila ia dapat mencapai suatu hal akhir yang maksimal dari apa yang telah dilakukan.

B.        Karakteristik Anak Usia SD
Menurut Sumantri, Mulyana (2005) : Karakteristik pertama anak SD  adalah;
1.       Senang bermain : katrakteristik ini menuntut guru untuk melaksanakan pendidikan yang bermuatan permainan, lebih-lebih bagi siswa kelas rendah. Guru seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan ada unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang serius tapi santai.
2.       Senang bergerak : Kalau orang dewasa dapat duduk berjam-jam tetapi anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama 30 menit. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak duduk dalam waktu lama dirasakan sebagai penyiksaan.
3.       Senang bekerja dalam kelompok : Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang pembelajaran yang memungkinkan anak bekerja atau belajar dalam kelompok.
4.       Senang merasakan atau melakukan / memperagakan sesuatu secara langsung: Ditinjau dari teori perkembangan Kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep yang baru dengan konsep-konsep yang lama. Berdasarkan ini siswa membentuk tentang konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi badan, peran jenis kelamin, moral dan sebagainya. Bagi anak SD penjelasan guru akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri.

C. Pengertian Belajar Mengajar
     1.   Pengertian Belajar
                                Kegiatan belajar merupakan suatu usaha berupa kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relative/tetap. Kegiatan yang dimaksud itu dapat diamati dengan adanya interaksi/hubungan antara individu sebagai seorang pembelajar dengan individu lain sebagai seorang pengajar. Bisa terjadi pula antara individu sebagai pembelajar dengan lingkungannya. Di sekolah, perubahan tingkah laku akibat terjadinya proses belajar ditandai dengan kemampuan peserta didik mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilannya. Hudoyo (1979: 107) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman / pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Sudjana (1989:26) bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sudhana ( 1992 : 50) juga berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.
                       Hal senada dikemukakan oleh  Drs. Slamento (1994:2) bahwa  belajar adalah suatu  usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
                                Berdasarkan  beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses mental untuk mendapatkan suatu pengalaman baru sehingga dengan pengalaman yang baru ini akan timbul suatu perubahan tingkah laku. Dengan belajar maka tingkah laku seseorang akan mengalami perubahan, baik itu perubahan secara mendadak maupun perubahan secara perlahan-lahan tergantung dari kesiapan mental seseorang dalam merespon pembelajaran. Sehingga dengan demikian dapat diasumsikan bahwa seseorang telah melakukan kegiatan pembelajaran bila padanya terdapat perubahan tingkah laku.
    2.        Pengertian Mengajar
                                Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar bila ada subjek yang diberi pelajaran. Sedangkan subjek yang memberi pelajaran  atau yang mengajar disebut pengajar. Pengajar disini bisa saja tidak bertatap muka secara langsung dengan peserta didik pada saat terjadi proses belajar. Contohnya adalah melalui media seperti buku, modul, CD dan lain-lain. Dari uraian itu tersirat bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan seseorang pengajar untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Jadi syarat utama seseorang dikatakan mengajar bila terdapat satu pihak sebagai pemberi pengetahuan, dipihak lain terdapat pihak yang menerima.
                        Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Maka sebagai seorang pengajar, dalam pembelajarannya harus mengupayakan semaksimal mungkin melalui berbagai media dan strategi agar pembelajaran dapat mencapai tujuannya.  Ahmadi (1995:16) mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi suatu proses belajar. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Slameto (1995:30) bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.
                                Dari beberapa uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar itu suatu kegiatan yang melibatkan pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan oleh pengajar dapat belajar karena adanya motivasi, intervensi dan interaksi dengan pengajar. Kegiatan mengajar  merupakan suatu aktifitas untuk mentransfer pengetahuan ataupun pengalaman kepada orang lain, dengan cara membimbing, mengarahkan, memotifasi sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut.

D.         Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
            Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenalkan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa memberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:72). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar di sini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudujo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang ekstrem seperti in sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun peserta didik.
                    Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsih, 2002:1) metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang  dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siwa diajak atau didorong untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
                    Keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
1.       Keuntungan metode pembelajaran penemuan terbimbing
Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran model penemuan terbimbing adalah :
a.        Pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah di ingat dan mudah diterapkan pada situasi baru.
b.       Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
c.        Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja.
d.       Tampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.
2.       Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah.
Adapun kelemahan model penemuan terbimbing menurut Rusffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut :
a.        Tidak semua materi dapat di sajikan dengan mudah, menggunakan meode pembelajaran penemuan terbimbing.
b.       Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih banyak.
c.        Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya tidak dapat berdiri sendiri (hanya dapat di gunakan jika ada keterlibatan metode lain missal ekplositasi, ceramah, dan lain sebagainya).

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN


A.      Lokasi dan Subyek Penelitian
Tempat                      : SDN ................ I, Kecamatan ................, Kabupaten ................
Kelas                          :  VI (enam)
Mata Pelajaran        :  Sains (Ilmu Pengetahuan Alam).
Waktu                       :  Siklus I tanggal 1 Mei 2012
                                      Pukul 11.00 - 11.35
                                      Siklus II tanggal 5 Juni 2012
                                      Pukul 07.00 – 07.40
Jumlah siswa            :  17 siswa (7 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan).
Karakter siswa         :  Berdasarkan hasil psikometri kognitif, siswa SDN ................ I rata-rata memiliki tingkat intelektual atau kecerdasan “C” (kapasitas intelektual rata-rata), mata pencaharian orang tua sebagai petani, buruh tani serta pedagang kaki lima di pasar yang otomatis kurang memperhatikan belajar anaknya.

B.      Deskripsi Per Siklus
Siklus I
1.       Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus I ini, peneliti mengambil latar belakang pembelajaran sebelumnya. Dimana guru terlalu sering atau dominan menggunakan metode ceramah saja dalam pembelajaran IPA (Sains). Hal tersebut dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana. Bahkan alat dan bahan yang berada di KIT IPA semakin tahun semakin minim (habis)
Maka daripada itu, peneliti akan mengoptimalkan perbaikan pembelajaran dengan metode bervariasi yaitu metode ceramah dan metode demonstrasi.
Selain itu peneliti juga akan menambah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menutup kekuarangan KIT IPA. Dan perlu diketahui hasil yang dicapai sebelum Siklus I (Pra Siklus) adalah masih kurang yaitu 45,8 (daftar terlampir)
Langkah-langkah perbaikan;
a.        Menggunakan skenario Rencana Perbaikan Pembelajaran sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan, RPP terlampir.
b.       Menggunakan metode yang bervariasi, yaitu metode ceramah dan metode demonstrasi
c.        Mempersiapkan dan menambah alat, bahan dan media pembelajaran

2.       Tahap Pelaksanaan
      Kegiatan awal (5 menit)
a.        Guru mengkondisikan kelas dengan cara mengabsen siswa
b.       Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi dengan memberikan contoh pertanyaan yang terkait dengan latar kemampuan siswa dengan kemampuan siswa dengan materi yang disampaikan.
c.        Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu memahami masalah rangkaian listrik

Kegiatan Inti (30 menit)
Ø  Guru menyuruh murid membentuk 5 kelompok belajar urut dari absen pertama
Ø  Guru membagikan alat dan bahan rangkaian listrik sederhana beserta Lembar Panduan Kerja
Ø  Guru memberikan kesempatan pada tiap tiap murid/kelompok untuk bertanya tentang prinsip kerja alat dan bahan yang diterima
Ø  Guru Guru mempersilahkan tiap kelompok untuk memulai mengerjakan sesuai dengan panduan yang diterima
Ø  Guru mengadakan pengamatan ,bimbingan sambil mengadakan penilaian proses.
Ø  Guru memerintahkan tiap kelompok untuk mengakhiri kerja kelompoknya.
Ø  Guru meminta tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Ø  Guru memerintahkan tiap kelompok yang lain memperhatikan dan dan menanggapinya.
Ø  Guru memberikan penguatan.
Ø  Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan murid.

Kegiatan Akhir (5 menit)
Ø  Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilakukan
Ø  Pemantapan materi dan tindak lanjut

3.       Tahap Pengumpulan Data
Untuk mengetahui penyebab kegagalan dalam pembelajaran peneliti berusaha mengumpulkan data yang meliputi;
Guru;
Apakah guru :
-          Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar
-          Memulai pembelajaran dengan apersepsi
-          Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, siswa, situasi dan lingkungan.
-          Memicu dan memelihara keterlibatan siswa.
-          Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
-          Mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran.
-          Menentukan dan mengembangkan alat bantu perbaikan pembelajaran.
-          Menentukan cara-cara memotivasi siswa
-          Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Siswa
-          Apakah siswa telah siap mendapatkan pelajaran
-          Apakah siswa memperhatikan penjelasan guru
-          Apakah siswa aktif dalam pembelajaran
-          Apakah siswa memahami penjelasan guru
-          Mengapa siswa tidak dapat mengerjakan soal evaluasi

4.       Tahap Refleksi
Dalam Perbaikan Pembelajaran Siklus I ini, guru menggunakan metode ceramah dan demonstrasi tetapi guru kurang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa karena guru yang aktif mendemonstrasikan sedang siswa hanya menjadi pendengar saja, sehingga siswa kurang tertarik pada materi dan jenuh. Walaupun demikian perbaikan pembelajaran ini mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Terbukti nilai siswa mengalami peningkatan. Sebelumnya rata-rata 45,8 menjadi 76,4 (lampiran)

Siklus II
1.       Tahap Perencanaan
Pada tahap Perencanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II ini kegiatan rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan pada kelemahan Siklus I mengaktifkan siswa dan membentuk kelompok untuk membuat siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam percobaan/penelitian tentang rangkaian listrik seri dan pararel . Pada Perencanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II, guru akan mengadakan bimbingan penuh dan melibatkan siswa dalam pembelajaran untuk melakukan demonstrasi seluas-luasnya
Langkah-langkah perbaikan;
a.        Menyusun skenario Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP terlampir).
b.       Mengembangkan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode demonstrasi
c.        Menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
2.       Tahap Pelaksanaan
Kegiatan awal (5 menit)
a.        Guru mengkondisikan kelas dengan cara mengabsen siswa
b.       Guru memotivasi siswa lewat apersepsi, mengkaitkan kemampuan anak terhadap materi yang akan disajikan.
c.        Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti (30 menit)
a.       Guru membentuk kelompok (tiap kelompok berisi 4-5 anak)
b.       Guru meminta tiap kelompok harus ada ketua yang bertanggung jawab atas kelompoknya
c.        Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah langkah percobaan sesuai lembar kerja panduan .
d.       Guru membagikan 1 set alat dan bahan beserta lembar kerja panduan
e.       Guru memerintahkan tiap kelompok untuk mengkroscek kelengkapannya.
f.         Guru membuka kesepakatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang kurang di mengerti.
g.       Guru memerintahkan tiap kelompok untuk mulai bekerja.
h.       Guru mengadakan pengamatan, bimbingan,penelitian proses sambil menghampiri kelompok perkelompok
i.         Guru memerintahkan tiap tiap kelompok untuk mengakhiri kerjanya
j.         Guru memerintahkan tiap tiap kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas
k.        Guru meminta kelompok lain untuk memperhatikan dan menanggapinya
l.         Guru memberikan aplos sebagai penguatan/penghargaan bagi kelompok yang telah mendemonstrasikan
m.     Guru bersama siswa membuat kesimpulan materi
n.       Guru membagikan LKS untuk penilaian
o.       Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan pekerjaannya

Kegiatan Akhir (5 menit)
a.        Guru memberikan pemantapan materi
b.        Guru memberikan tugas
c.        Guru menutup pembelajaran
3.       Tahap Pengumpulan Data
Untuk mengetahui penyebab kegagalan dalam pembelajaran peneliti berusaha mengumpulkan data yang meliputi;
Guru;
Apakah guru :
-          Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar
-          Memulai pembelajaran dengan apersepsi
-          Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, siswa, situasi dan lingkungan.
-          Memicu dan memelihara keterlibatan siswa.
-          Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
-          Mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran.
-          Menentukan dan mengembangkan alat bantu perbaikan pembelajaran.
-          Menentukan cara-cara memotivasi siswa
-          Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.Siswa
-          Apakah siswa telah siap mendapatkan pelajaran
-          Apakah siswa memperhatikan penjelasan guru
-          Apakah siswa aktif dalam pembelajaran
-          Apakah siswa memahami penjelasan guru
-          Mengapa siswa tidak dapat mengerjakan soal evaluasi

4.       Tahap Refleksi
Prosedur khusus pembelajaran Siklus II dilakukan berdasarkan kelemahan yang ada pada siklus I, peneliti mengoptimalkan bimbingan dengan memberikan petunjuk cara melakukan praktek/demonstrasi,serta mengawasi siswa yang kurang aktif bahkan mengganggu yang lain. Siswa diberi kesempatan melakukan percobaan/demonstrasi yang seluas-luasnya. Ternyata hasil evaluasi ada peningkatan yang sangat signifikan .
Dan yang terpenting tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Siswa sangat antusias sungguh-sungguh dan melakukan percobaan yang otomatis bisa lebih paham tentang rangkaian listrik.


DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.
Aqib, 2006. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya.
Aqib, 2007. KaryaTulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Rineka Cipta.
Depdiknas. 2004. Undang-undang Nomor 20 tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Harmalik. Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Rositawati, 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Pembukuan.
Sadiman, 1984. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Slamento, 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Sumantri, 2002. Pengembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, 2002. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wingkel, WS, 2009. Psikologi Pengajaran, Jakarta. Media Abadi
Yamin, Martinis, 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta. Gaung Oersada Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar